Malang benar nasib Nat, bocah bernama lengkap Supatra
Sasuphan (7) asal Thailand itu. Sejak dilahirkan, sekujur tubuhnya di penuhi
rambut. Keganjalan ini sempat mengundang cercaan, tudingan atau justru iba dan
bangga bangsanya. Nat adalah bocah dengan kelainan genetika amat sangat langka
di dunia.
Terlahir dengan kondisi tak normal seperti bocah kebanyakan,
tak menghalangi niat Supatra Sasuphan menimba ilmu. Apalagi dukungan sang
bunda, sompol Sasuphan, yang memberi ruang gerak seluasnya bagi anaknya. Ia
ingin buah hatinya yang tak biasa itu tumbuh normal seperti bocah sebayanya.
Syukurlah, berkat ketegaran dan keberanian sang ibu yang luar biasa, masa masa
sulit adaptasi Nat kecil hingga di akui lingkungan sekitar.
Masih terbayang dikepala sompol bagaimana respon yang diterima
putrinya saat kali pertama menjejakan kaki kecilnya disekolah taman kanak kanak
Ratchabopitch di Chinatown, Bangkok. Masih jelas dalam ingatan Sompol betapa
siswa siswi TK itu ketakutan saat melihat Nat pertama kali dating. Setegar
tegarnya hati ibu dua anak itu, Nat dan sang kakak,Sukahy, tak urung menjadi
ciut. Ia sempat kawatir bila mereka menolak Nat, yang berarti putrinya mustahil
dapat menikmati indahnya masa masa bersekolah. Angan memiliki banyak teman dan
menikmati permainan yang ceria bisa jadi hanya harapan belaka. Asa seolah
lenyap ketika di dapatinya ada siswi di situ menjerit ngeri melihat wajah seram
Nat yang hamper seluruhnya di tumbuhi rambut. Dalam sesaat, semua orang di
sekolah dating, hanya untuk melihat keanehan Nat, kenang Sompol Sasuphan lirih.
AMBRAS SYNDROME
Hari pertama putrinya bersekolah menjadi kenagan memilukan
bagi Sompol. Saat itu beberapa murid TK ketakutan dan lainya menagis. Namun ia
seolah mendapat suntikan semangat dari Nat. Mendapat perlakuan tak bersahabat
teman temanya, Nat tetap tersenyum. Ia tak terpengaruh. Sompol pun kembali
tegar. Tak nyana didikanya bersama sang suami, Samroeng, berhasil membesarkan
anak menjadi pribadi yang penuh percaya diri dan bermental baja.
Sejak kecil, Nat memang dibiasakan untuk menegakkan kepala
dalam kondisi sesulit apapun. Begitupun saat sedang memperkenalkan diri di
hadapan teman teman TK-nya. Langkahnya ringan maju kedepan kelas, sambil
menyebarkan senyum lebarnya yang lebih pas disebut menyeringai. Saat seisi
kelas mulai gaduh, ia tetap berdiri tenang menunggu mereka tenang.
Sepertinya Nat kecil sudah terbiasa menerima cacian dan
hinaan dari orang orang yang melihatnya. Ia maklum benar bila orang terkejut
melihatnya sosoknya yang aneh. Seluruh wajah, tangan, badan hingga kakinya di
penuhi rambut lebat yang biasa hanya dimiliki hewan mamalia tertentu. Sejak
dilahirkan, ia sudah menderita penyakit langka yang biasa disebut Ambras Syndrome, penyakit ini merupakan
kelainan bawaan yang di istilahkan juga dengan Hypertrichosis.
Mengapa dikategorikan langka? Sebabnya, karena kelainan ini
hanya di derita oleh 1 dari 10 miliar kasus. Tercatat, penderita Ambras Syndrome pertama di alami anak
laki laki dan seorang cucu dari pria bernama Petrus Gonzales. Mereka orang
pertama yang tercatat mengalami kasusu ketidak normalan Gen sehingga
menyuburkan rambut halus di sekujur tubuhnya hingga lebat luar biasa.
Kejadian pertama yang menimpa keluarga Petrus itu di jumpai
pada tahun 1648. Meeka tinggal di dekat Kastil Ambras, Innsbung, Austrlia.
Itulah sebabnya mengapa kelainan genetic yang menyebabkan tubuh di penuhi
rambut deberi nama Ambras Syndrome,
sama seperti lokasi penyakit ini pertama kali ditemukan. Uniknya, baru sekitar
400 tahun kemudian baru ditemukan 50 kasus serupa di seluruh dunia. Inilah yang
menjadikan Ambras Syndrome tergolong
penyakit sangat langka di dunia.
DICAP MANUSIA KERA
Julukan anak aneh atau cap cap lain yang menyesahkan hati
kerap diterima Nat dan ibu. Sebut saja, mulai dari julukan manusia rambut,
manusia kera atau manusia anjing yang berkali kali di terima Nat. Sompol
mengibaratkan gunjingan itu makanan wajib mereka setiap hari, sudah menjadi
bagian hidup kami, jelas Sompol getir.
Cerita Sompol pun mengalir. Pernah suatu pagi ada seseorang
yang menanyakan apakah anaknya memakai topeng. Menghadapi pertanyaan itu, ia
biasanya berusaha menjelaskan kondisi anaknya tercinta. Semakin lama, kami
semakin terbiasa menghadapi pertanyaan sejenis, ujarnya lirih. Tak hanya itu,
Sompol juga menceritakan respon tak mengenakan lainya saat ia tengah berjalan
jalan dengan Nat.
LAHIR NORMAL
Siapa nyana jika bocah yang lahir normal pada Agustus 1999
di Bangkok, Thailan ini bisa menjadi pusat perhatian dunia. Bocah istimewa ini,
jika bisa dikatakan demikian, lahir dengan berat 3,2 kg. Saya melahirkan
melalui operasi Caesar, jadi dua hari pertama saya belum sempat melihatnya,
tutur Sompol. Baru ketika kondisi fisiknya pulih, ia tidak sabar ingin segera
menimang buah hatinya yang kedua itu.
Seperti harapan ibu yang baru melahirkan umumnya tentu saja
mendapati anaknya sehat dan lucu menjadi kado terindah untuknya. Ketika saya
akan melihatnya, dokter sempat memperingatkan. Anak anda sehat dan baik baik
saja, tapi memiliki banyak rambut, ingat Sompol, mengulang perkataan dokter
saat itu. Awalnya Sompol tidak mengerti maksut perkataan sang dokter, bahkan
tidak sedikitpun hala hal buruk terpikir dalam benaknya.
Seorang bayi dengan kepala penuh rambut bukanlah masalah
besar, pikir Sompol saat itu. Ia toh sering melihat bayi lain memiliki banyak
rambut. Tapi alangkah kagetnya wanita ini ketika melihat tubuh kecil Nat dalam
balutan kain tengah tertidur. Saya kaget, sekujur tubuhnya di tutupi
rambut-rambut halus seperti kucing.
Namun keterkejutan itu tidak di biarkan terlalu lama. Saya
justru heran dan takjub. Entah mengapa perasaan terkejut segera berubah menjadi
simpati dan cinta. Bayi mungil itu anak saya dan saya sangat mencintainya.
Namun di sisi lain, dalam waktu bersamaan, sebagai ibu saya menyesal dengan apa
yang dialami Nat, karena saya tau masa depanya tidak akan berjalan dengan
mudah.
Demi masa depan sang putri pula, keluarga dengan bantuan tim
dokter berusahan melakukan tindakan konkret. Dalam satu bulan pertama, dokter
bekerja untuk mengetahui mengapa Nat memiliki banyal rambut. Dokter pun
mengambil sempel darah dan mempelajari DNA-nya di labolatorium di Sidney,
Australia. Syukurlah hasil tes menunjukan Nat termasuk anak sehar dan normal.
Ia hanya memiliki rambut lebih banyak dari anak pada umumnya.
Untuk menghilangkan rambut berlebih pada Nat, pada usia 2
tahun, dokter sempat melakukan pengaobatan dengan sinar laser, sayang gagal,
Nat mengalami reaksi sangat buruk terhadap pengobatan tersebut, Wajahnya
terlihat memar dan bengkak. Sedangkan matanya memerah dan terasa sakit, ingat
Sompol. Setelah itu, bukanya sembuh, rambut di tubuh Nat justru semakin lebat
dari pada sebelumnya. Oleh karena itu kami memutuskan untuk tidak melanjutkan
tindakan pengobatan tadi.
Akhirnya dengan sikap pasrah pihak keluarga menerima keadaan
putri bungsunya. Hanya saja selang beberapa minggu, rambut Nat harus dipotong
meski itu tidak bertahan lama. “Kami sering menasehatinya untuk memastikan ia
selalu bahagia menghadapi kondisi dirinya,” ujar sang Ibu yang bangga pada
putrinya. “ Kami mengatakan, ia hanya mengalami masalah dengan rambutnya. Masih
banyak orang lain dengan kondisi lebih buruk. Kami meyakinkannya, ia anak yang
sangat spesial dan kami sangat mencintainya walau bagaimanapun rupanya’ “ kata
Sompol mengulangi nasehat Nat.
Untunglah sejauh ini nasihat orang tua Nat berhasil menenangkan
dirinya. Ia seakan tak terbebani saat setiap hari berkaca di cermin dan
menyisir rambut lebat di seleuruh wajahnya. Segala rutinitas yang dilakukan Nat
menandakan bocah cilik ini selalu siap menghadapi hari – harinya meski terburuk
sekalipun.
=SEKIAN
DAN TERIMAKASIH=
0 komentar:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.