Friday, November 13, 2015

Filled Under: , ,

PENGOBATAN PENYAKIT KRONIS JANGKA WAKTU PANJANG



Penyakit kronis biasanya tidak bergejala
Dan berlangsung lama. Kepatuhan menjalani
Pengibatan menjadi kunci kesembuhan.

Apa perbedaan penyakit kronis dengan penyakit akut? Penyakit akut adalah penyakit berat yang mendadak dan berlangsung singkat. Misalnya, orang tiba tiba jatuh dari sepeda motor lalu patah tulang.

Sementara penyakit kronis adalah kondisi yang tidak selalu bergejala, perlahan, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit kronis, memiliki perjalanan klinis yang lama.

konsultasi doktor

Penyakit kronis ada dua, yakni penyakit kronis yang tidak menular seperti kardiovaskular, kanker, penyakit paru kronis, atau diabetes, dan yang penyakit kronis menular seperti HIV/AIDS dan hepatitis kronis.

Beli Obat Sendiri
Penyakit penyakit kronis butuh pengobatan jangka panjang. Dan karena durasi pengobatan yang panjang, orang biasanya akan bosan menjalani pengobatan. Ini yang sering sekali menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya penderita diabetes yang mengalami komplikasi karena tak patuh dalam pengobatan jangka panjangnya.

Hasil Riskesdas 2013, menunjukan, prevalensi hipertensi pada masyarakat umur 18 tahun ke atas di Indonesia yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4 persen, sementara yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Ini artinya, 0,1 penduduk minum obat hipertensi sendiri meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan.

Data menunjukan, proporsi penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat ke toko obat atau warung tanpa resep dokter adalah 26,4 persen dalam satu bulan.

Nah, kalau mereka berani membeli obat sendiri, pasti mereka juga berani menghentikan pengobatan. Padahal, harusnya pengobatan untuk penyakit kronis diawasi oleh dokter. Sebanyak 63,2 persen khasusu hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis dan baru di ketahui setelah terjadi komplikasi.

Bila Tak Patuh
Ketidakpatuhan pengobatan bisa berbuntut pada masalah yang lebih besar. Sebagai gambaran, penyakit kardiovaskular. Kalau kita memiliki kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi, atau diabetes, berarti kita memiliki faktor resiko. Kolestrol akan menyelip ke dalam pembulu darah sehingga pembulu darah menjadi sempit. Begitu juga tekanan darah tinggi atau kadar gula darah tinggi yang bisa merusak sel  pembulu darah.
Begitu pembulu darah rusak, maka terjadi penyempitan (aterosklerosis), jika yang menyempit adalah pembulu darah jantung, yang terjadi adalah penyakit jantung koroner. Sementara jika pembulu darah di otak menyempit, maka terjadi stroke.

Ini belum selesai. Kadang kadang otot jantung rusak sehingga membuat ritme jantung kacau, jantung membesar, gampang capek, kaki bengkak, dan sebagainya. Ini masalah lanjut pada penyakit kronis sehingga kepatuhan pengobatan menjadi penting. Masalahnya, pasien sering sekali menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi dengan dokter.

memilih obatContohnya, pasien  kardiovaskular yang menggunakan obat statin. Setengah dari jumblah pasien yang menggunakan statin akan menghentikan pengobatan pada bulan ke 6 setelah pemberian obat. Alasanya bermacam macam, seperti harga obat yang mahal, pasien tidak bisa membaca preskripsi, sulit mendapatkan obat, dan sebagainya.

Padahal, ketidak patuhan terhadap pengobatan kardioprotektif akan meningkatkan resiko perawatan akibat kardiovaskular sebesar 10-40 peren.

Pada pasien osteoarthritis lain lagi. Sebanyak 65 persen yang menggunakan obat anti nyeri menghentikan pengobatanya dan tidak pernah lagi membeli obat antinyeri. Disamping itu, 3o persen pasien diabetes juga tidak pernah menlanjutkan pengobatan. Padahal, ketidak patuhan terhadap statin, misalnya, di kaitkan dengan peningkatan resiko kematian hingga 12-25 persen.

Hasil Positif
Melihat data di atas, kepatuhan pengobatan menjadi hal penting penanganan penyakit kronis. Untuk itu, di butuhkan keterlibatan kolaboratif secara sukarela dan aktif dari pasien. Kepatuhan juga tak melulu soal konsumsi obat secara teratur, melainkan juga aspek lain seperti pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor resiko. Di samping itu, konsultasi dengan dokter secara bekala dan target pengobatan pun harus di lakukan secara rutin.

Kepatuahn pengobatan terbukti menunjukan hasil positif. Contonya, penderita hipertensi yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi (80-100 persen) terhadap pengobatan obat antihepertensi akan mampu mengendalikan tekanan darahnya 1,45 kali lebih tinggi di bandingkan mereka yang memiliki tingkat kepatuhan rendah dan sedang.





                                 =SEKIAN DAN TERIMAKASIH=





0 komentar:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.