Penyakit kronis
biasanya tidak bergejala
Dan berlangsung lama.
Kepatuhan menjalani
Pengibatan menjadi
kunci kesembuhan.
Apa perbedaan penyakit kronis dengan penyakit akut? Penyakit
akut adalah penyakit berat yang mendadak dan berlangsung singkat. Misalnya,
orang tiba tiba jatuh dari sepeda motor lalu patah tulang.
Sementara penyakit kronis adalah kondisi yang tidak selalu
bergejala, perlahan, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit kronis,
memiliki perjalanan klinis yang lama.
Penyakit kronis ada dua, yakni penyakit kronis yang tidak
menular seperti kardiovaskular, kanker, penyakit paru kronis, atau diabetes,
dan yang penyakit kronis menular seperti HIV/AIDS dan hepatitis kronis.
Beli Obat Sendiri
Penyakit penyakit kronis butuh pengobatan jangka panjang.
Dan karena durasi pengobatan yang panjang, orang biasanya akan bosan menjalani
pengobatan. Ini yang sering sekali menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya
penderita diabetes yang mengalami komplikasi karena tak patuh dalam pengobatan
jangka panjangnya.
Hasil Riskesdas 2013, menunjukan, prevalensi hipertensi pada
masyarakat umur 18 tahun ke atas di Indonesia yang pernah didiagnosis tenaga
kesehatan adalah 9,4 persen, sementara yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Ini artinya, 0,1
penduduk minum obat hipertensi sendiri meskipun tidak pernah didiagnosis
hipertensi oleh tenaga kesehatan.
Data menunjukan, proporsi penduduk Indonesia yang melakukan
pengobatan sendiri dengan membeli obat ke toko obat atau warung tanpa resep
dokter adalah 26,4 persen dalam satu bulan.
Nah, kalau mereka berani membeli obat sendiri, pasti mereka
juga berani menghentikan pengobatan. Padahal, harusnya pengobatan untuk
penyakit kronis diawasi oleh dokter. Sebanyak 63,2 persen khasusu hipertensi di
masyarakat tidak terdiagnosis dan baru di ketahui setelah terjadi komplikasi.
Bila Tak Patuh
Ketidakpatuhan pengobatan bisa berbuntut pada masalah yang
lebih besar. Sebagai gambaran, penyakit kardiovaskular. Kalau kita memiliki
kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi, atau diabetes, berarti kita memiliki
faktor resiko. Kolestrol akan menyelip ke dalam pembulu darah sehingga pembulu
darah menjadi sempit. Begitu juga tekanan darah tinggi atau kadar gula darah
tinggi yang bisa merusak sel pembulu
darah.
Begitu pembulu darah rusak, maka terjadi penyempitan (aterosklerosis), jika yang menyempit
adalah pembulu darah jantung, yang terjadi adalah penyakit jantung koroner. Sementara
jika pembulu darah di otak menyempit, maka terjadi stroke.
Ini belum selesai. Kadang kadang otot jantung rusak sehingga
membuat ritme jantung kacau, jantung membesar, gampang capek, kaki bengkak, dan
sebagainya. Ini masalah lanjut pada penyakit kronis sehingga kepatuhan
pengobatan menjadi penting. Masalahnya, pasien sering sekali menghentikan
pengobatan tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Padahal, ketidak patuhan terhadap pengobatan kardioprotektif
akan meningkatkan resiko perawatan akibat kardiovaskular sebesar 10-40 peren.
Pada pasien osteoarthritis lain lagi. Sebanyak 65 persen
yang menggunakan obat anti nyeri menghentikan pengobatanya dan tidak pernah
lagi membeli obat antinyeri. Disamping itu, 3o persen pasien diabetes juga
tidak pernah menlanjutkan pengobatan. Padahal, ketidak patuhan terhadap statin,
misalnya, di kaitkan dengan peningkatan resiko kematian hingga 12-25 persen.
Hasil Positif
Melihat data di atas, kepatuhan pengobatan menjadi hal
penting penanganan penyakit kronis. Untuk itu, di butuhkan keterlibatan
kolaboratif secara sukarela dan aktif dari pasien. Kepatuhan juga tak melulu
soal konsumsi obat secara teratur, melainkan juga aspek lain seperti
pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor resiko.
Di samping itu, konsultasi dengan dokter secara bekala dan target pengobatan
pun harus di lakukan secara rutin.
Kepatuahn pengobatan terbukti menunjukan hasil positif.
Contonya, penderita hipertensi yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi (80-100
persen) terhadap pengobatan obat antihepertensi akan mampu mengendalikan
tekanan darahnya 1,45 kali lebih tinggi di bandingkan mereka yang memiliki tingkat
kepatuhan rendah dan sedang.
=SEKIAN DAN
TERIMAKASIH=
0 komentar:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.