Kenali obat mulai
dari dosis,
Efek, dan cara
mengonsumsinya
Agar penyakit tuntas
sembuhnya.
Berhenti minum obat dari dokter karena badan sudah dirasa
segar kembali, mungkin terdengar sepele. Toh, penyakitnya sudah hilang, kan.?
Namun tau kah anda mengapa obat tersebut bisa menyembuhkan
penyakit? Alasan utama seseorang mengonsumsi obat adalah karena sakit, sehingga
penting untuk slalu mengetahui apa diagnosis penyakit anda.
Menurut Dr, Wiyarni
Pamudi, SpA, IBCLC, Obat adalah zat kimia yang dapat memengaruhi kerja
organ tubuh.
Jika obat di perlukan bukan untuk alasan terapi, harus jelas
juga alas an dan keuntungan yang di terima tubuh akibat obat tersebut.
Manfaatkan harus lebih besar dari kerugian karena efek samping obat atau
pembiayaan pemakaiyan obat tersebut.
Obat Dan Reaksinya
Ada dua interaksi hingga obat tersebut bisa menjalankan
fungsinya untuk menghillangkan penyakit. Interaksi pertama yaitu farmakodinamik
alias berdasarkan efek obat terhadap tubuh. Sementara yang kedua adalah
interaksi farmakokinetik, yaitu reaksi tubuh yang memengaruhi kerja obat.
Misalnya, penyerapan, distribusi, metabolisme, dan pembuangan.
Obat dapat di gunakan untuk menentukan diagnosis, meredakan
dan menyembuhkan keluhan, merawat kondisi tubuh serta mencegah penyakit. Atau,
obat juga bisa sekedar mengubah fungsi tubuh tanpa memengaruhi kesehatan secara
keseluruhan. Misalnya, pil KB. Jadi pada dasarnya, tujuan obat itu berbeda beda
tergantung kepentinganya apa.
Meski demikian, tak semua gangguan tubuh memerlukan obat
untuk kembali pulih. Sistem imun yang di miliki seseorang sering sekali mampu
mengatasi serangan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan alergen
secara alami tanpa bantuan obat. Pada kondisi yang berat atau daya tahan tubuh
tak kuasa melawan invasi kuman yang menggangu tubuh, barulah obat dibutuhkan.
Dosis Sesuai
Jika ditilik dari dosis penggunaan, obat untuk terapi, tentu
akan lebih tinggi dosisnya di banding untuk perawatan. Berikut beberapa hal
yang memengaruhi dosis dari obat.
1.Sesuai
kebutuhan individu. Umumnya, dilihat berdasarkan berat badan atau luas permukan
tubuh. Dosis bagi orang dewasa tidak laku berfareasi karena di hitung
berdasarkan berat rata rata.
2.Tingkat
kerentanan atau usia. Pasalnya, respon terhadap farmakokinetik terhadap bayi,
ibu hamil, atau seorang dengan kondisi lain, akan berbeda dengan orang yang
dewasa dan sehat.
Bayi membutuhkan dosis lebih besar dari ukuran badanya.
Biasanya di kemasan obat tercantum berapa banyak obat yang di berikan
berdasarkan umur, Padahal anak usia 6 bulan keatas berat badanya tidak akan
sama.
Jika beratnya idel tentu tak ada masalah. Tapi, bagaimana
kalau beratnya tidak ideal tentu obat yamg di berikan harus di sesuaikan lagi.
Makanya sering terjadi seorang anak tidak sembuh sembuh dari demam meski sudah
minum obat. Misalnya, anak usia 6 bulan keatas beratnya 8kg, tapi dikasih obat
sesuai usianya. Sementara berat badanya seharusnya diberikan obat di atas usia
tersebut. Akibatnya, obatnya tidak mempan karena dosisnya kurang.
Harus Air Putih
Sebagai besar obat di anjurkan minum dengan air putih.
Jangan minum obat dengan susu, the, kopi, soda, minuman berenergi, minuman
beralkohol, bahkan jus buah atau sayur. Karena dapat merubah sifat dan kerja
obat di pencernaan. Kecuali beberapa obat yang memang membutuhkan pelarut
khusus. Jika sudah ada pelarutnya baru diminum dengan pelarutnya.
Cara minumnya pun berbeda beda, ada yang sebelum makan,
setelah makan, atau pada saat makan. Semua itu sangat tergantung sifat obatnya.
Ada yang diserap dan bekerja baik dalam kondisi lambung atau usus kosong.
Berarti jangan minum obat dengan pisang karena harus dalam kondisi kosong.
Ada juga yang bekerja dengan baik kalau lambung dalam
kondisi berisi. Jadi, harus di kenal jenis obatnya minta di perlakukan seperti
apa. Dan melihat fungsi farkokinetiknya kapan obat itu di serap dengan baik.
Bahkan ada obat yang dalam sehari harus diminum sampai 8
kali. Fungsinya, agar mempertahankan kadar obat itu selalu dalam kondisi
puncak. Misalnya, jika dalam jangka waktu 8 kali itu ada yang terlewatkan lebih
dari sekali, berarti obat itu sudah tidak ada di dalam tubuh. Tentunya harus di
masukan obat lagi agar tetap ada.
Tak Selalu Butuh Obat
Pada gangguan kesehatan ringan, sebaiknya tak segera memakai
obat. Sistem imun telah di siapkan untuk melawan dan mengembalikan ke kondisi
semula. Kadang faktor sugestilah yang membuat seolah olah akan cepat sembuh
jika minum obat tertentu. Padahal, bisa saja itu hanya efek placebo.
Keluhan sakit kepala sebenarnya adalah penanda bahwa ada
yang tak seimbang dalam tubuh. Tapi jangan buru buru minum obat sakit kepala.
Bila saja penyebabnya kepala terbentur, peredaran darah tak lancer,tekanan
darah tinggi, stress, atau kurang minum. Bisa juga, psikosomatik yang sakitnya
ada di pikiran tapi bisa muncul dimana mana karena respon pikiran.
Keinginan untuk mendapatkan hal hal secara install tak
jarang melatarbelakangi seseorang mengonsumsi obat, dengan harapan penyakit
segera bisa hilang,
Padahal dalam menggunakan obat, harus mengikuti paham
rasional, yaitu tubuh memang membutuhkan zat atau obat tersebut. Obat tersebut
di berikan sesuai dosis yang di perlukan untuk jangka waktu yang optimal. Ada
manfaat yang sebesar besarnya dan harga terjankau dan murah.
Pemanfaatan obat secara rasional bisa di capai dengan berkonsultasi
ke dokter yang paham dan mau menjelaskan indikasi, penggunaan, dan efek obat.
Selain itu, pelajari apakah obat yang dikonsumsi memang tepat untuk keluhan
yang di sarankan? Kebiasaan melakukan pemberian obat sendiri harus di sertai
pengetahuan menandai tentang obat obatan.
=SEKIAN
DAN TERIMAKASIH=
0 komentar:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.