Pernikahan merupakan fase hudup yang sangat penting dan
tidak mudah. Pasalnya, menjalankan pernikahan membutuhkan komitmen, toleransi,
keikhlasan serta pengorbanan. Apalagi dalam pernikahan, terdapat tanggung jawab
baru, kewajiban baru, serta pengalaman dan harapan baru dalam hidup.
Memutuskan menikah juga memerlukan kesiapan, keyakinan dan
keinginan untuk menjalankanya. Menikah berarti bertanggung jawab kepada
pasangan, anak, dan keluarga besar, sebut saja soal keuangan, kasih saying,
kesetiaan, dan kepedulian. Jadi, anda tidak hanya memikirkan diri sendiri.
Pernikahan dini
Saat single, seseorang menikmati kehidupan dengan memikirkan
diri sendiri. Misalnya, bersosialisasi, mengeluarkan uang, dan mencari hiburan.
Saat menikah, ia harus bisa mengubah kebiasaan dengan mengikuti tuntutan
pernikahan.
Biasanya, kebiasaan saat lajang sulit lepas sebab seseorang
membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri. Alhasil suami, misalnya,
tetap memilih pergi bersama teman teman hingga larut malam atau menghamburkan
uang demi hobi.
Ada beberapa factor yang dapat memperlambat seseorang dalam
proses adaptasi pernikahan. Salah satunya, usia. Mereka yang belum cukup dewasa
butuh waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan pernikahan.
Misalnya, mereka yang menikah di usia remaja.
Dalam fase psikologi perkembangan di jelaskan bahwa usia
remaja di dominasi eksperimen dan eksplorasi. Rasa penasaran yang besar ini
akan membuat seseorang mengalami kesulitan bila di haruskan bertanggung jawab
dan berkomitmen dalam pernikahan. Mereka juga belum cukup dewasa untuk
mengatasi masalah dalam kehidupan dan membuat keputusan tepat.
Dahulukan emosi
Kematangan emosi seseorang menentukan kemampuan mengatasi
masalah dengan bijak. Bila tidak, ia cendrung membuat keputusan berdasarkan
dorongan emosi ketimbang pemikiran rasional. Alhasil, ia mungkin mengutamakan
keinginan diri sendiri dari pada keinginan pasangan atau keluarga.
Demikian pula dengan tipe kepribadian. Misalnya, seseorang
yang egois. Ada pula faktor stress. Tekanan atau konflik dalam pernikahan atau
masalah lain yang kuat dapat membuat seseorang lari dari tanggung jawab
pernikahan. Terutama bila mentalnya tidak kuat dalam mengatasi masalah.
Akibatnya, ia akan mencari pelarian yang di anggap menyenangkan seperti
nongkrong bersama teman teman.
Asal tau saja, seseorang yang secara mental tidak siap
menikah butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi. Pasalnya, ia tidak menyadari
tanggung jawab dalam berumahtangga, sulit melepaskan kebiasaan lama saat belum
menikah, serta enggan menjalankan tanggung jawab dalam pernikahan.
Nah, saat salah satu dari pasangan tidak dapat beradaptasi
dengan cepat terhadap pernikahan ataupun tidak dapat memenuhi ekspektasi dari
pasangan, maka wajar jika kemudian terjadi konflik.
Harus seimbang
Meski demikian, pernikahan tak lantas memenjarakan
seseorang. Seseorang masih bisa melakukan kesenangan, menjalankan hobi, atau
bergaul dengan teman teman meski ia sudah menikah. Bukan pula harus menjadi
pribadi yang berbeda dari sebelumnya ketika saat masih single.
Namun, hal yang terpenting adalah menyeimbangkan kebutuhan
dan keinginan pribadi dengan kebutuhan dan tanggung jawab keluarga.
Bagaimanapun, kehidupan sosial sangat di perlukan dan memiliki banyak manfaat.
Nah, cara terbaik agar dapat menjalankan kehidupan sosial sekaligus rumah tangga dengan baik adalah
membagi waktu dengan efektif. Jadi, anda masih bisa memiliki waktu untuk
keluarga dan meluangkan waktu bersama sama teman. Ingat juga bahwa waktu yang
ada telah berbagi untuk bekerja.
Selanjutnya, tentukan prioritas dengan tepat, sehingga anda
memiliki acuan mana yang harus di dahulukan. Contoh, berencana pergi dengan
teman teman, namun di batalkan karena mendadak ada acara keluarga. Anda juga
mendahulukan pengeluaran rumah tangga ketimbang berhura hura dengan teman.
Sebaliknya, istri yang menginginkan pergi dengan teman teman
harus memastikan segala kebutuhan anaknya terpenuhi. Dahulukan keperluan yang
lebih penting dan urgen supaya anda dapat menjalankan tanggung jawab rumah
tangga dengan baik.
Samakan Persepsi
Apabila kegiatan bersosialisasi termasuk penting, bicarakan
dengan pasangan, agar ia memahami kebutuhan anda. Buatlah komitmen atau
kesepakatan agar keinginan bersosialisasi bisa terpenuhi, namun juga tidak
menelantarkan keluarga. Misalnya, jumat boleh berkumpul dengan teman teman,
namun akhir pekan adalah waktu untuk keluarga.
Meski tak wajib, komitmen di awal sebelum pernikahan bisa di
lakukan. Dengan memutuskan penikahan, sesorang sudah lebih mawas diri dan siap
membagi waktu dengan keluarga. Terkecuali apabila kebiasaan berkumpul kumpul
sudah Nampak dari sebelum menikah dan dirasa akan menggangu kehidupan rumah
tangga.
Lalu, apapun yang ingin di lakukan, tetaplah menyadari peran
dan tanggung jawab. Bagaimanapun, situasi tak sama lagi setelah menikah. Jadi,
menyadari peran dan tanggung jawab akan membuat seseorang lebih mawas diri dan
membuat keputusan yang paling bijak dan tepat. Tidak hanya untuk diri sendiri,
melainkan untuk keluarga.
Terakhir,pahami bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak
akan baik dari sisi apapun. Berlebihan menghabiskan waktu di luar rumah bersama
teman teman tidak baik namun tidak pernah bertemu dengan teman pun tidak baik.
Yang terpenting menyeimbangkan dua duanya sehingga semua kebutuhan terpenuhi.
=SEKIAN DAN TERIMAKASIH=
0 komentar:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.