Tuesday, November 3, 2015

Filled Under: , ,

KENAPA SUAMI MASIH SUKA KELUYURAN



Pernikahan merupakan fase hudup yang sangat penting dan tidak mudah. Pasalnya, menjalankan pernikahan membutuhkan komitmen, toleransi, keikhlasan serta pengorbanan. Apalagi dalam pernikahan, terdapat tanggung jawab baru, kewajiban baru, serta pengalaman dan harapan baru dalam hidup.

Memutuskan menikah juga memerlukan kesiapan, keyakinan dan keinginan untuk menjalankanya. Menikah berarti bertanggung jawab kepada pasangan, anak, dan keluarga besar, sebut saja soal keuangan, kasih saying, kesetiaan, dan kepedulian. Jadi, anda tidak hanya memikirkan diri sendiri.
 
suami bersosialisasi
bersosialisasi
Pernikahan dini
Saat single, seseorang menikmati kehidupan dengan memikirkan diri sendiri. Misalnya, bersosialisasi, mengeluarkan uang, dan mencari hiburan. Saat menikah, ia harus bisa mengubah kebiasaan dengan mengikuti tuntutan pernikahan.

Biasanya, kebiasaan saat lajang sulit lepas sebab seseorang membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri. Alhasil suami, misalnya, tetap memilih pergi bersama teman teman hingga larut malam atau menghamburkan uang demi hobi.

Ada beberapa factor yang dapat memperlambat seseorang dalam proses adaptasi pernikahan. Salah satunya, usia. Mereka yang belum cukup dewasa butuh waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan pernikahan. Misalnya, mereka yang menikah di usia remaja.

Dalam fase psikologi perkembangan di jelaskan bahwa usia remaja di dominasi eksperimen dan eksplorasi. Rasa penasaran yang besar ini akan membuat seseorang mengalami kesulitan bila di haruskan bertanggung jawab dan berkomitmen dalam pernikahan. Mereka juga belum cukup dewasa untuk mengatasi masalah dalam kehidupan dan membuat keputusan tepat.

Dahulukan emosi
Kematangan emosi seseorang menentukan kemampuan mengatasi masalah dengan bijak. Bila tidak, ia cendrung membuat keputusan berdasarkan dorongan emosi ketimbang pemikiran rasional. Alhasil, ia mungkin mengutamakan keinginan diri sendiri dari pada keinginan pasangan atau keluarga.

Demikian pula dengan tipe kepribadian. Misalnya, seseorang yang egois. Ada pula faktor stress. Tekanan atau konflik dalam pernikahan atau masalah lain yang kuat dapat membuat seseorang lari dari tanggung jawab pernikahan. Terutama bila mentalnya tidak kuat dalam mengatasi masalah. Akibatnya, ia akan mencari pelarian yang di anggap menyenangkan seperti nongkrong bersama teman teman.

Asal tau saja, seseorang yang secara mental tidak siap menikah butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi. Pasalnya, ia tidak menyadari tanggung jawab dalam berumahtangga, sulit melepaskan kebiasaan lama saat belum menikah, serta enggan menjalankan tanggung jawab dalam pernikahan.

Nah, saat salah satu dari pasangan tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap pernikahan ataupun tidak dapat memenuhi ekspektasi dari pasangan, maka wajar jika kemudian terjadi konflik.
 
suami suka pesta
berpesta
Harus seimbang
Meski demikian, pernikahan tak lantas memenjarakan seseorang. Seseorang masih bisa melakukan kesenangan, menjalankan hobi, atau bergaul dengan teman teman meski ia sudah menikah. Bukan pula harus menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya ketika saat masih single.

Namun, hal yang terpenting adalah menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan pribadi dengan kebutuhan dan tanggung jawab keluarga. Bagaimanapun, kehidupan sosial sangat di perlukan dan memiliki banyak manfaat.

Nah, cara terbaik agar dapat menjalankan kehidupan sosial  sekaligus rumah tangga dengan baik adalah membagi waktu dengan efektif. Jadi, anda masih bisa memiliki waktu untuk keluarga dan meluangkan waktu bersama sama teman. Ingat juga bahwa waktu yang ada telah berbagi untuk bekerja.

Selanjutnya, tentukan prioritas dengan tepat, sehingga anda memiliki acuan mana yang harus di dahulukan. Contoh, berencana pergi dengan teman teman, namun di batalkan karena mendadak ada acara keluarga. Anda juga mendahulukan pengeluaran rumah tangga ketimbang berhura hura dengan teman.

Sebaliknya, istri yang menginginkan pergi dengan teman teman harus memastikan segala kebutuhan anaknya terpenuhi. Dahulukan keperluan yang lebih penting dan urgen supaya anda dapat menjalankan tanggung jawab rumah tangga dengan baik.

Samakan Persepsi
Apabila kegiatan bersosialisasi termasuk penting, bicarakan dengan pasangan, agar ia memahami kebutuhan anda. Buatlah komitmen atau kesepakatan agar keinginan bersosialisasi bisa terpenuhi, namun juga tidak menelantarkan keluarga. Misalnya, jumat boleh berkumpul dengan teman teman, namun akhir pekan adalah waktu untuk keluarga.

Meski tak wajib, komitmen di awal sebelum pernikahan bisa di lakukan. Dengan memutuskan penikahan, sesorang sudah lebih mawas diri dan siap membagi waktu dengan keluarga. Terkecuali apabila kebiasaan berkumpul kumpul sudah Nampak dari sebelum menikah dan dirasa akan menggangu kehidupan rumah tangga.

Lalu, apapun yang ingin di lakukan, tetaplah menyadari peran dan tanggung jawab. Bagaimanapun, situasi tak sama lagi setelah menikah. Jadi, menyadari peran dan tanggung jawab akan membuat seseorang lebih mawas diri dan membuat keputusan yang paling bijak dan tepat. Tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk keluarga.

Terakhir,pahami bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak akan baik dari sisi apapun. Berlebihan menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman teman tidak baik namun tidak pernah bertemu dengan teman pun tidak baik. Yang terpenting menyeimbangkan dua duanya sehingga semua kebutuhan terpenuhi.





                                              =SEKIAN DAN TERIMAKASIH=



0 komentar:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.