Friday, October 30, 2015

Filled Under: , ,

PROBLEM PERNIKAHAN DALAM RUMAH TANGGA



Kemampuan memahami komitmen sangat bergantung
    Pada kesiapan pasangan saat menikah. Termasuk,
       Komitmen untuk memelihara letupan asmara.

Pernikahan adalah sebuah kebersamaan antara dua orang yang saling mencintai dan memahami. The Triangular Theory Of Love yang di kemukakan Sternberg, menegaskan bahwa cinta yang baik adalah cinta yang sempurna, memiliki keintiman, gairah, dan komitmen. Maka sebelum memutuskan untuk mengarungi bahtera rumahtangga berdua, berbagai aspek perlu di pertimbangkan.

Menikah itu membangun dua karakter, gender, latar belakang, dan kebiasaan yang berbeda. Sebuah tugas besar memang, namun, menyatukan dua karakter memang sangat memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka, serta hubungan timbal balik yang saling member, menerima, mengerti, dan mau mendengarkan. Untuk hal ini, terdengar sederhana namun terkadang sulit di lakukan.

suami istri bertengkar

1 – 2 TAHUN MASA BAHAGIA
Survei membuktikan, pada usia 1 – 2 tahun pernikahan adalah masa masa bahagia bagi pasangan muda. Hari hari mungkin akan dijalani lebih berbunga bunga, meski tak dapat ditampik, kerikil kecil akan selalu ada. Dalam kondisi menyenangkan atau menyedihkan sekalipun pasangan harus selalu berdampingan dan saling percaya. Harus mau menerima pasangan apa adanya, menerima kelebihan dan kekurangan.

Pernikahan memang gambling laiknya puzzle. Idealnya, pengantin baru akan mengalami kebahagiaan karena tujuan pernikahan adalah saling mengisi dan menerima segala perbedaan. Tapi, kadang bisa juga di lihat indikasi indikasi tak menyenangkan, misalnya perilaku kekerasan, selingkuh atau lainya. Banyak hal yang bisa terjadi setelah menikah, namun ketika telah menjadi pasangan suami istri, segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi konsekuensi memilih.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan hubungan suami istri hambar meski pernikahan baru seumur jagung. Salah satunya faktor ketidaksiapan salah satu atau kedua orang. Pasalnya, siap atau tidak siap pasangan ini menikah, akan berkaitan dengan pemahaman keduanya terhadap komitmen yang akan akan di jalani. Jangan sampai, melihat teman teman sudah menikah, akhirnya takut tidak memiliki pasangan dan ikut menikah tanpa pikir panjang. Padahal, belum tentu yang menikah lebih dulu akan lebih bahagia, kok, bisa saja terjadi sebalinya.

Motif di balik pernikahan memang akan sangat berpengaruh terhadap keharmonisan atau ketahanan pasangan saat di hadapkan  pada konflik.

8 – 9 TAHUN MULAI HAMBAR
Sementara pada pernikahan yang sudah berjalan lama, tak dapat di tampik bahwa rasa bosanpun sesekali hinggap. Pernikahan yang sudah berlangsung lama beresiko menjadi hambar ketika menginjak usia 8 – 9 tahun. Penyebabnya, karena hidup yang terasa monoton, masing masing sibuk bekerja, atau tidak adanya komunikasi. Kehadiran anak juga bisa memengaruhi hingga tidak seromantis di awal pernikahan.

rumah tangga harmonis

Tak dapat di pungkiri, rutinitas dalam hal apapun akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan termasuk dalam kehidupan berpasangan. Berusahalah keluar dari zona nyaman. Penting juga menganti gaya saat berhubungan seksual agar tidak bosan.

Hmbarnya bahtera rumahtangga, mayoritas di sebabkan kurangnya komunikasi atau merasa pasangan tak seromantis dulu. Jika kekuranganya selalu di perhatikan, akibatnya muncul perasaan sakit hati. Coba sukuri dan hargai kelebihanya. Kesiapan mental dan komunikasi yang kuat memang di butuhkan, khususnya jika sewaktu waktu rumah tangga di terpa badai. Contohnya saja, terkendala secara ekonomi.

Sebenarnya, mudah, kok, untuk mencipta pembicaraan. Tanyakan saja kegiatan pasangan selama di kantor, tanpa bermaksut menyelidik. Dengarkan kendala yang ia temukan dalam pekerjaan, menonton tv bersama, dan selingi akhir pecan dengan melakukan hobi atau traveling. Anda juga bisa melakukan learning couple alias menemukan hal hal baru dari pasangan. Pelajari dan observasi pasangan dari hari ke hari sepeti apa. Atau bisa juga sesekali menyesuaikan diri dan memberikan ruang satu sama lain.

JANGAN MENYESAL
Komitmen yang baik tak akan menggoyahkan perasaan, tak peduli bagaimanapun sikap pasangan setelah menikah. Ketika muncul pertengkaran, misalnya, jangan langsung memutuskan bahwa anda dan pasangan sudah tidak cocok lagi. Hindari pula saling menyalahkan pasangan, apalagi hingga muncul penyesalan. Alih alih menyebut si dia sebagai sumber masalah, coba pikirkan apakah anda sudah menjadi orang yang tepat buat pasangan.


Jadi ketika di hadapkan pada perbedaan pendapat, utarakan apa yang tidak di sukai. Namun, jangan abaikan tata cara mengutarakan keluhan, ya. Pilih waktu yang tepat, sampaikan dengan kalimat dan intonasi yang tepat pula. Jangan bicara kasar meski anda sangat kesal. Pasangan yang selalu di warnai percecokan akan sulit mengupayakan sikap romantic seperti saat pacaran.





                                              =SEKIAN DAN TERIMAKASIH=







0 komentar:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.