Kemampuan memahami
komitmen sangat bergantung
Pada kesiapan pasangan saat menikah. Termasuk,
Komitmen untuk memelihara letupan
asmara.
Pernikahan adalah sebuah kebersamaan antara dua orang yang
saling mencintai dan memahami. The
Triangular Theory Of Love yang di kemukakan Sternberg, menegaskan bahwa
cinta yang baik adalah cinta yang sempurna, memiliki keintiman, gairah, dan
komitmen. Maka sebelum memutuskan untuk mengarungi bahtera rumahtangga berdua,
berbagai aspek perlu di pertimbangkan.
Menikah itu membangun dua karakter, gender, latar belakang,
dan kebiasaan yang berbeda. Sebuah tugas besar memang, namun, menyatukan dua
karakter memang sangat memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka, serta
hubungan timbal balik yang saling member, menerima, mengerti, dan mau
mendengarkan. Untuk hal ini, terdengar sederhana namun terkadang sulit di
lakukan.
1 – 2 TAHUN MASA
BAHAGIA
Survei membuktikan, pada usia 1 – 2 tahun pernikahan adalah
masa masa bahagia bagi pasangan muda. Hari hari mungkin akan dijalani lebih
berbunga bunga, meski tak dapat ditampik, kerikil kecil akan selalu ada. Dalam
kondisi menyenangkan atau menyedihkan sekalipun pasangan harus selalu
berdampingan dan saling percaya. Harus mau menerima pasangan apa adanya,
menerima kelebihan dan kekurangan.
Pernikahan memang gambling laiknya puzzle. Idealnya,
pengantin baru akan mengalami kebahagiaan karena tujuan pernikahan adalah
saling mengisi dan menerima segala perbedaan. Tapi, kadang bisa juga di lihat
indikasi indikasi tak menyenangkan, misalnya perilaku kekerasan, selingkuh atau
lainya. Banyak hal yang bisa terjadi setelah menikah, namun ketika telah
menjadi pasangan suami istri, segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi
konsekuensi memilih.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan hubungan suami istri
hambar meski pernikahan baru seumur jagung. Salah satunya faktor ketidaksiapan
salah satu atau kedua orang. Pasalnya, siap atau tidak siap pasangan ini
menikah, akan berkaitan dengan pemahaman keduanya terhadap komitmen yang akan
akan di jalani. Jangan sampai, melihat teman teman sudah menikah, akhirnya
takut tidak memiliki pasangan dan ikut menikah tanpa pikir panjang. Padahal,
belum tentu yang menikah lebih dulu akan lebih bahagia, kok, bisa saja terjadi
sebalinya.
Motif di balik pernikahan memang akan sangat berpengaruh
terhadap keharmonisan atau ketahanan pasangan saat di hadapkan pada konflik.
8 – 9 TAHUN MULAI
HAMBAR
Sementara pada pernikahan yang sudah berjalan lama, tak
dapat di tampik bahwa rasa bosanpun sesekali hinggap. Pernikahan yang sudah
berlangsung lama beresiko menjadi hambar ketika menginjak usia 8 – 9 tahun.
Penyebabnya, karena hidup yang terasa monoton, masing masing sibuk bekerja,
atau tidak adanya komunikasi. Kehadiran anak juga bisa memengaruhi hingga tidak
seromantis di awal pernikahan.
Tak dapat di pungkiri, rutinitas dalam hal apapun akan
menimbulkan kebosanan dan kejenuhan termasuk dalam kehidupan berpasangan.
Berusahalah keluar dari zona nyaman. Penting juga menganti gaya saat
berhubungan seksual agar tidak bosan.
Hmbarnya bahtera rumahtangga, mayoritas di sebabkan
kurangnya komunikasi atau merasa pasangan tak seromantis dulu. Jika
kekuranganya selalu di perhatikan, akibatnya muncul perasaan sakit hati. Coba
sukuri dan hargai kelebihanya. Kesiapan mental dan komunikasi yang kuat memang
di butuhkan, khususnya jika sewaktu waktu rumah tangga di terpa badai.
Contohnya saja, terkendala secara ekonomi.
Sebenarnya, mudah, kok, untuk mencipta pembicaraan. Tanyakan
saja kegiatan pasangan selama di kantor, tanpa bermaksut menyelidik. Dengarkan
kendala yang ia temukan dalam pekerjaan, menonton tv bersama, dan selingi akhir
pecan dengan melakukan hobi atau traveling. Anda juga bisa melakukan learning
couple alias menemukan hal hal baru dari pasangan. Pelajari dan observasi
pasangan dari hari ke hari sepeti apa. Atau bisa juga sesekali menyesuaikan
diri dan memberikan ruang satu sama lain.
JANGAN MENYESAL
Komitmen yang baik tak akan menggoyahkan perasaan, tak
peduli bagaimanapun sikap pasangan setelah menikah. Ketika muncul pertengkaran,
misalnya, jangan langsung memutuskan bahwa anda dan pasangan sudah tidak cocok
lagi. Hindari pula saling menyalahkan pasangan, apalagi hingga muncul
penyesalan. Alih alih menyebut si dia sebagai sumber masalah, coba pikirkan
apakah anda sudah menjadi orang yang tepat buat pasangan.
Jadi ketika di hadapkan pada perbedaan pendapat, utarakan
apa yang tidak di sukai. Namun, jangan abaikan tata cara mengutarakan keluhan,
ya. Pilih waktu yang tepat, sampaikan dengan kalimat dan intonasi yang tepat
pula. Jangan bicara kasar meski anda sangat kesal. Pasangan yang selalu di
warnai percecokan akan sulit mengupayakan sikap romantic seperti saat pacaran.
=SEKIAN DAN TERIMAKASIH=
0 komentar:
Post a Comment
terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.