Friday, January 15, 2016

Filled Under: , , ,

Diet OCD Akan Melangsingkan Dan Menyehatkan Tubuh



Heran jika banyak orang rela’menyiksa’diri dengan beragam pilihanmetode diet yang mereka jalani. Beberapa selebritas memperkenalkan 3 cara baru berdiet yang mereka klaim aman dan efektif. Benarkah? Emilia E. Achmadi,MS,RD, dari Healthy Lifestyle program menjelaskan apa yang harus di perhatikan dalam menjalani pola diet ala selebritas.

diet

ObsessiveCorbuzier’s Diet (OCD)
Diperkenalkan oleh mentalist deddy corbuzier cara diet ini sekstika menjadi hits sekali gus menjadi kontroversi para ahli gizi. Deddy sendiri menyebutkan OCD sebagai cara hidup, bukan semata pola makan.

Metode diet OCD ini mirip puasa berjeda. Ada tenggang waktu selama 8,6,atau 4 jam dalam sehari untuk makan, setelah lewat jam itu haruslah berpuasa, sekali pun masih diperbolehkan minum air putih atau mengonsumsi apapun yang tidak mengandung kalori. Deddy menamai priode ini sebagai jendela makan, makanan apapun boleh di konsumsi tanpa pantangan.

Setelah sanggup menjalankan puasa denga ‘jendela makan’ 4 jam. Deddy selanjutnya menyarankan berpuasa 24 jam penuh,selama (maksimal) tiga kali dalam seminggu. Ini berarti makan hanya sekali di jam tertentu, dan kembali makan pada jam yang sama keesokan harinya.

Ia juga merekomondasikan untuk tidak langsung makan pagi setelah bangun tidur, melainkan menunggu hingga minimal tiga jam setelahnya. Menurutnya, makan pagi hanya menghambat kesempatan membakar lemak ketika tubuh mulai beraktivitas kembali di pagi hari.

Pola puasa berjeda seperti ini harus di sikapi dengan hati hati. Ibarat sebuah mesin, tubuh manusia, yang memiliki fungsi fisik maupun hormon , membutukan asupan makanan yang konsisten sebagai sumber energi  baru. Adanya jendela makan  pada akhirnya akan membatasi asupan tersebut, apalagi rentang waktunya kemudian makin memendek, sehingga kalori yang di konsumsi pun makin lama akan makin berkurang.

Lama waktu berpuasa yang berpareasi muklai dari 16 hingga 24 jam, sebetulnya menjadi salah satu kelebihan metode ini, karena memaksa orang untuk tidak makan atau ngemil tidak terkontrol di luar jam makan. Bagi orang yang sulit mengatur pola makan, teknik ini akan mendisiplinkan jam makan mereka.

Sayangnya, pola makan ini tidak mempunyai panduan dalam mengatur jenis makanan yang masuk. Akibatnya,  orang yang menjalankanya tidak memperbaiki pola makan mereka. Mereka hanya mempertimbangkan kalori Tanpa memperhitungkan keseimbangan gizi. Kekurangan asupan nutrisi penting yang di butuhkan tubuh adalah konsekuensinya.

Emilia juga tidak menganjurkan untuk tidak melewatkan sarapan sebagai bagian dari pola makan. Sebab, setelah tidur selam sekitar 8 jam, kadar gula darah dalam tubuh akan rendah. Ketika sumber  gula darah yang baru tidak segera di dapat, tubuh akan memperoduksi hormon ghrelin yang mendorong hasrat kita untuk mencari sumber makanan tinggi gula dan lemak secara kalap.

Saat kebutuhan nutrisi dalam kondisi ini di penuhi dengan makanan berkalori tinggi. Gula darah akan cepat naik, tetapi juga akan cepat turun, jika ini berlangsung terus menerus, bukan saja berat badan yang tidak terkontrol, tapi juga gula darah. Ketidak seimbangan gula darah ini membuat tubuh berpotensi menderita diabetes mellitus  setelah menginjak usia 40 tahun keatas.

Pola makan seperti ini, Emilia menilai, tidak cocok di lakukan semua orang, melainkan hanya untuk mereka yang memiliki kebutuhan spesifik, misalnya harus menurunkan berat badan secara drastis atau membentuk otot dan berada di bawah pengawasan ahli nutrisi. Orang orang denagn penyakit degenerative seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, anak anak dalam masa pertumbuhan,serta wanita hamil dan menyusui. Dilarang melakukan pola makan ini.

Orang yang kelebihan berat badan umumnya banyak mengonsumsi karbohidrat, dan memiliki simpanan lemak berlebih. Nah, untuk membakar lemak lebih itu, asupan karbohigrat dapat di hentikan sementara dang anti dengan asupan nutrisi yang meningkatkan metabolism, yaitu protein. Namun, orang dalam kondisi kesehatan rata rata tidak perlu menjalani pola makan tinggi protein seperti Dukan Diet.

Selain itu, menurut Emilia, sebuah pola makan seharusnya tidaklah eksklusif atau memilah mila makanan. Konsumsi makanan hewani maupun nabati haruslah seimbang sesuai dengan kebutuhan aktivitas tubuh. Pola makan yang mengharuskan konsumsi protein hewani saja sebagai asupan utama juga membutuhkan biaya yang besar, sehingga tidak bisa terjangkau semua orang.

Pola makan dengan asupan protein yang terlalu tinggi pada giliranyajuga akan menggangu pencernaan. Ketika seseorang hanya mencerna bahan makanan hewani, enzim dan flora di usus akan memproduksi gas yang diantaranya berbasis nitrogen, ammonia, dan sulfide, sehingga menimbulkan bau mulut. Dalam Dukan diet, kondisi bau mulut di oandang sebagai bertanda baik terkait turunya berat badan.

Emilia mengingatkan bahwa Dukan Diet hanya focus pada penurunan berat badan semata, tapi tidak memikirkan kondisi system pencernaan. Hal ini menujukan bhwa pola makan ini bukan pola makan sehat.

Pola makan seperti Dukan Diet bisa dibilang hanya sebuah pola makan incidental untuk tujuan tertentu, bukan untuk secara jangka panjang. Dukan Diet lebih cocok disebut treatment, ketimbang diet yang seharusnya bisa dilakukan seumur hidup.









                                                        =SEKIAN DAN TERIMAKASIH=

0 komentar:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung di blog ini,berkomentarlah dengan sopan.